Seorang teman pernah bercerita, handphonenya tidak dapat digunakan lagi. Rusak. Ia pernah mencoba untuk menservice handphone tersebut. Tapi menurut petugas service, handphone tersebut harus direset ulang. Diformat. Artinya dia akan kehilangan semua data pentin yang ada dalam handphone tersebut.
Dengan pertimbangan tidak ingin kehilangan berbagai nomor penting yang terdapat dalam phonebook, ia tetap mempertahankan handhone tersebut dalam keadaan tidak dapat bekerja optimal.
Setiap kali menerima pesan singkat yang lebih dari 1 halaman, pesan tersebut tidak dapat dibuka maupun dihapus sehingga memenuhi memori handphone. Seperti menjadi virus. Ia harus menghapus pesan yang dapat dihapus sebelum menerima pesan lain atau akan mengirim pesan.
Kondisi ini berlangsung selama beberapa bulan lamanya. Hingga suatau saat handphonenya menyala merah dan seketika itu mati. Tidak dapat digunakan lagi. Sama sekali.
Jika boleh berkata seandainya,, seandainya saja ia berani memutuskan untuk mereset ulang handphonenya. Meskipun ia akan kehilangan beberapa nomor penting yang sebenarnya bisa ia salain terlebih dahulu ke media lain, mungkin handphonenya masih dapat digunakan hingga hari ini. Selama beberapa pekan ia tidak memiliki handphone. Beruntung adiknya bersedia meminjamkan untuknya.
Tapi ada hikmah lain dibalik semua itu. Dalam kesabaran menanti akhirnya ia memperoleh handphone baru yang lebih baik dari handphone lamanya.
Sepertinya setiap orang pun memiliki sesuatu yang tak ingin ia lepaskan apapun resikonya. Tak mesti benda yang tampak oleh mata. Mungkin hal itu hanyalah sebuah perasaan yang timbul dalam hati. Kebulatan hati untuk mempertahankan perasaan yang diri sendiri pun tahu itu salah. Ketamakan ingin memiliki karena begitu mencintai. Tapi seorang bijak berkata “bedakan kegilaan cinta dengan harapan ingin bahagia selamanya. Dan kegilaan cinta itu hanya sesaat tapi deritanya bisa selamanya.”
Tapi, apakah hal itu yang benar-benar diinginkan?? Tak pernah terpikirkan mungkin cinta yang dimiliki melukai yang dicintai dengan cara yang tak terduga. Membuatnya hancur. Atau membuat hatimu sendiri hancur. Mati. Dan matinya hati bukanlah perkara sederhana. Memintanya hidup kembali bukan hal yang mudah. Menggantinya dengan yang baru juga membutuhkan perjuangan.
Terserah mau memutuskan bagaimana. Tapi setiap keputusan pasti melahirkan konsekuensi.
Berani mereset ulang saat ini juga??
Atau menanti hati yang baru?? Bagaimana jika tidak bisa??
And you get nothing...
n____________n
Sumber:
http://www.facebook.com/notes/restu-utami/reset-ulang/264924676876367

Tidak ada komentar:
Posting Komentar