sumber gambar:http://ourindonesianphoto.blogspot.com/2010/07/07.html
Si bijak: "Aku telah membuat sebuah rumah pohon dari kayu-kayu kuat yang
kudapat kemarin.
Mari singgah ke rumahku..."
Si angkuh: "Hah, hanya begini saja rumah pohon buatanmu? Buatanku pasti
lebih bagus dari ini," saat berkunjung ke rumah pohon si bijak.
Si angkuh: "Di dalamnya akan kubuat nyaman dengan AC di sebuah sudut
sehingga saat tidur di sana tak akan merasa sepanas ini."
Si bijak: "Ah benar kawan, memang itulah yang kita butuhkan. Sebuah
jendela, agar udara tidak pengap dan terasa sejuk." Maka si bijak
membuat beberapa buah jendela agar udara bisa berganti, dan di dalam
terasa sejuk.
Keesokan harinya, si angkuh kembali berkunjung ke rumah pohon si bijak.
Si angkuh: "Rumah pohonku tak akan sesunyi ini. Di sana pasti ramai dan
menyenangkan, banyak hiburan yang akan kubuat agar tidak bosan."
Si bijak: "Ah benar, hiburan apa yang bisa kuhadirkan di sini ya?" Si
bijak merenung sebentar. Membawa peralatannya kembali, memasang sebuah
meja dan mengatur beberapa buku di atasnya. "Rumah pohon ini tentu akan
memberikan kenyamanan saat membaca, didukung angin semilir dan suasana
yang tenang," pikir si bijak.
Si angkuh: "Akan kubangun lift agar tak lelah saat memanjat di rumah
pohonku nanti. Lihat saja, betapa sulitnya kita memanjat tadi..."
Si bijak: "Terima kasih saudaraku. Kau memang punya banyak ide." Si
bijak kemudian mengambil beberapa kayu dan dibuatnyalah anak tangga.
Dengan sedikit keterampilannya, ia membuat anak-anak tangga tersimpul
kuat dengan tali tambang. Jadilah sebuah tangga yang mempermudah orang
yang ingin pergi ke rumah pohon.
Si angkuh: "Tentunya aku tak akan sesembrono kamu membiarkan sebuah
rumah tak punya pintu. Aku akan membangun sebuah pintu yang terbuat dari
emas, indah dengan tatahan permata..."
Si bijak: "Wah benar juga, bagaimana jika cuaca hujan, tentunya air akan
mudah masuk jika tak ada pintu." Segeralah dibuat sebuah pintu agar
semua orang dapat terlindungi di dalam rumah pohon tersebut, tidak panas
dan tidak basah jika cuaca berubah..."
Suatu hari, si bijak mengundang orang-orang untuk singgah ke rumah
pohonnya. Banyak orang yang mengagumi rumah pohon buatan si bijak. Tak
sedikit pula orang yang memesan dibuatkan rumah pohon. Sementara si
angkuh hanya bisa berkoar, mengoreksi semua pekerjaan si bijak namun tak
pernah menunjukkan di mana sebenarnya rumah pohon buatannya.
Ingatlah, bahwa sesumbar tak akan menghasilkan apapun. Sebuah kesuksesan
diawali dari ide yang digabungkan melalui sebuah usaha. Belajar dari
kesalahan dan pengalaman, dan membuat semuanya menjadi lebih baik setiap
harinya. Berhentilah berbicara dan sesumbar saja, mulailah semuanya
dengan aksi yang paling sederhana.
SUMBER: Agatha Yunita - kapanlagi.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar