Pages

4.15.2011

Hati Pemenang




Hidup ini ibarat cermin! Begitulah sebagian orang mempercayainya, tak terkecuali saya pribadi. Bagaimana dengan kamu? :D


Kita sering mendengar bahwa seseorang yang melihat dunia – kiranya – mereka sebenarnya ialah sedang melihat cerminan dirinya sendiri. Jika dia melihat dunia yang dia pikir penuh dengan ketimpangan, ketidakberesan, maka meskipun mungkin tanpa disadari – pada taraf tertentu – dia merasa kalau dirinya pun penuh dengan ketimpangan.


Jika dia melihat orang-orang bekerja dengan jujur, maka sesungguhnya dia sedang melihat dirinya sendiri. Ya, hidup laksana cermin. Memantulkan gambaran asli benda yang berada dihadapannya. Barangkali kita pernah juga medengar istilah bahwa seorang penipu seringkali menjadi orang pertama yang menuduh orang lain berbuat curang.


***


Hidup ini terlalu singkat untuk menjadi kecil. Setiap orang dari kita mempunyai bagian kena tampik dan kecewa. Bila seseorang mengatakan atau melakukan yang melukai hati kita, ada alasan bagi kita untuk membalasnya. Tapi, bila kita melakukannya (membalasnya) justru merendahkan diri kita ke taraf si penyerang. Seseorang yang memukul kita sesungguhnya mencerminkan rasa kecilnya, ketidakberdayaannya. Bolehlah kita kalah dalam berkelahi, tapi toh kita harus menang dalam perang.


Semakin tinggi pohon, semakin kencang angin menerpanya. Orang yang akan melakukan hal-hal besar akan menemukan sementara orang yang suka mengejek, dan berkata kasar. Mereka berusaha melukai hati kita, ingin membuat hati kita terluka.


Janganlah kamu masukkan kata-kata mereka ke dalam hatimu. Jika kita masukkan kata-kata tersebut ke dalam hati, itu berarti kita adalah pohon yang tumbang dengan mudahnya. Hati ibarat akar pada sebuah pohon. Semakin teguh akarnya, semakin kokoh pohonnya. (*)

Sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar