“Membangun itsar dalam keluarga harus dari hati ke hati, dari jiwa ke jiwa, dari tauladan yang tak henti, hingga terpupuk dalam setiap pribadi anggota keluarga.”
IBU INI KEMBALI merasa heran, ketika
sudah ke lima kalinya di minggu ini ia mendapati tetangga barunya
membuang sisa makanan yang masih cukup untuk beberapa orang lagi. Hari
pertama ia melihat tetangganya yang seorang ibu berumur sekitar 40 tahun
membuang semangkuk baso, hari kedua ia melihat anak pertama ibu itu
yang membuang satu potong pizza, hari ketiga 2 potong pisang goreng,
hari keempat segelas jus alpukat, dan ini hari kelima ibu itu membuang
sepotong kue bolu coklat. Karena penasaran, akhirnya ibu ini bertanya
kepada tetangga barunya tersebut,
“Maaf Bu, saya perhatikan dalam seminggu
ini tiap pagi ibu selalu membuang makanan sisa. Kenapa gak dihabiskan
saja Bu? Nanggung dibuangnya segitu, cukup buat 1 orang lagi. Eh tapi
sebelumnya makasih tadi malem kue bolunya..” Ibu ini bertanya dengan
penuh senyum dan penasarannya.
“Alhamdulillah, maaf hanya sedikit
kuenya. Iya nih Bu, beginilah keluarga kami. Jika ada yang mengirim
makanan, atau membuat pasti ada sisa. Bukan bermaksud mubazir, tapi
memang begini. Lucu, tapi mengharukan.”
“Maksudnya gimana Bu?”
“Kayak kue ini, sebenarnya ini kue sudah
ada dari 3 hari yang lalu, ada yang mengirim. Setelah dibagikan ke
tetangga dan ada sisa untuk keluarga, kami satu persatu dapat bagian
kuenya. Eh ternyata masih ada sisa 1 potong, disimpan di kulkas. Tadinya
mau saya makan, tapi ahh.. saya ingat anak-anak yang suka kue ini,
juga bapaknya yang suka pengen ngemil. Jadi saya gak jadi makan,
ditinggal saja kue itu. Ternyata suami saya juga berpikiran sama,
tadinya mau dimakan, cuma biar buat anak-anak aja dan buat saya yang
kelihatannya suka, jadi gak jadi makan.
Waktu pagi tadi si kaka juga bilang
gitu, tadinya mau kue itu tapi mending buat ade-adenya aja yang lagi
masa pertumbuhan atau ibu sama bapak katanya. Si tengah juga bilang
tadinya mau dimakan pas liat di kulkas masih ada sepotong, tapi inget
sama kakanya yang kuliah dan pulang malem pasti lapar, inget juga sama
adiknya yang habis main bola pasti pengen makan yang manis-manis. Yang
bungsu ikut-ikutan, waktu buka kulkas lihat masih ada 1 potong, asalnya
mau dimakan, tapi inget ibu bapak dan kedua kakanya yang pasti lebih
cape dari dia jadi dia gak jadi makan.
Begitulah Bu, selama tiga hari kami
saling menahan diri untuk gak memakan kuenya karena ingat anggota
keluarga lain yang lebih membutuhkan. Sampai akhirnya sepotong kue ini
jadi rizki buat mahluk Allah yang lain, sudah gak bisa dimakan oleh
kami. Semoga tidak mubazir, sekarang dibuang jadi rizki buat
semut-semut. ”
Ibu yang bertanya hanya mampu terdiam mendengar kisah keluarga ini.#
Tidak ada komentar:
Posting Komentar