Pages

3.05.2012

Pemaknaan Sebuah Proses

Membaca sebuah buku yang sedikit membahas mengenai beberapa fenomena kehidupan sosial masyarakat saat ini. Ada beberapa hal yang perlu digaris-bawahi. Diantaranya tentang bagaimana sebagian masyarakat kita menjadi begitu berorientasi pada hasil dengan menurunkan pemaknaan sebuah proses.

Kian hari, tampaknya kita hidup di dalam masyarakat yang kini kian berorientasi hasil dibanding proses. Masyarakat yang menginginkan pemecahan masalah saat ini juga, secepatnya juga. Lihat saja iklan makanan siap saji, dengan beberapa menit saja mereka siap menghidangkannya langsung dihadapan kita. Atau ada juga fasilitas-fasilitas dan program-program seperti mengeringkan pakaian sejam, memutihkan kulit seminggu, meninggikan badan sebulan dan janji memberikan kesuksesan sesegera mungkin, semudah membalik telapak tangan.

Kita juga disodori berbagai tips cespleng, 9 trik memuaskan pasangan Anda; kiat kencan sejam dengan idola; 6 jam bisa bahasa Arab atau 24 jam terampil berbahasa asing; atau juga training 1 hari jadi entrepreneur sukses tanpa modal.

Lantas, kita jadi begitu terobsesi dengan hal yang serba seketika. Kita mulai menjadi makhluk yang mengutamakan hasil ketimbang proses. Hasil itu harus di raih dalam sekejap. Dengan nada getir orang menyebut kecenderungan ini sebagai “Budaya Instan”, budaya seketika. Ingin dapat uang cepat kita ikut undian. Ingin pilih pemimpin kita hamburkan SMS. Ingin pilih idola gelar pentas calon bintang.

Namun, kita sedikit terhenyak ketika menyadari ternyata hidup adalah suatu perjalanan yang tiada henti dalam menemukan diri. Ada rasa bahwa hidup adalah juga memiliki asas kebermanfaatan. Ini berarti, kita perlu menyediakan waktu bagi sesama: bagi seorang ibu atau ayah Anda harus meluangkan waktu untuk membelai anak-anak Anda tercinta. Dan bagi kita pun, kita harus bisa menyapa hangat tetangga kita. Menyantuni anak-anak yang tak mampu, menyeberangkan tunanetra atau orang tua di jalan. Merawat bunga dipekarangan. Membayarakan ongkos penumpang angkutan kota yang duduk disebelah kita, atau membiarkan orang lain mendahului kita di jalan raya saat berkendara.

Lagi-lagi, mungkin perumpamaan ini memang paling cocok untuk kita semua, dan sangat kusukai. Perumpamaan yang sederhana dalam menyelami makna hidup adalah dengan memandang sebatang pohon. Jika sebuah pohon di beri pupuk sekadarnya, ia memang bisa bertahan hidup, tetapi tidak berkembang dengan baik. Tetapi jika diberikan pupuk yang cukup dan bukan sekadar apa yang diperlukannya untuk hidup, maka pohon itu akan hidup dan berkembang, dan bahkan menghasilkan buah yang berlimpah. Kemudian lihatlah ketika hingga pada gilirannya ada bunga-bunga bermekaran bersamanya. [Aan Sopiyan]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar