Gembar Ilustrasi
Sumber Gambar: http://arsitekperadaban21.blogspot.com/2010/06/hati-hati-tersandung-malas.html
Dikisahkan, ada seorang anak muda yang mempunyai temperamen tinggi.
Seringkali karena hal-hal sepele, dia mudah tersinggung dan marah,
bahkan bila perlu berkelahi dengan orang lain yang dianggap telah
menghinanya. Orangtuanya berkali-kalimenasihati agar belajar bersabar
dan mau mengerti orang lain, tetapi si anak tidak menggubris dan
menganggapnya sebagai angin lalu.
Suatu hari saat berkendara di jalan raya, sepeda motor yang dikendarai
bersama temannya dilanggar oleh orang lain. Sifat pemarahnya pun muncul.
Dengan perasaan jengkel, segera saja motor itu dikejar dan dipepet
dengan tingkah sok jagoan. Merasa dirinya menang, saat menyaksikan orang
tadi meminggirkan motornya, dia pun tancap gas sambil tertawa
terbahak-bahak.
Tidak lama kemudian terdengar teriakan nyaring disertai bunyi benda
terjatuh keras. Rupanya karena tidak konsentrasi pada jalanan,
terjadilah kecelakaan yang melukai dirinya sendiri serta teman yang
dibonceng. Akibat kecelakaan itu, teman yang dibonceng terpental dan
mengalami luka yang cukup parah. Dia sendiri hanya mengalami luka
ringan, sedangkan motornya rusak tidak karuan.
Saat menengok teman yang dirawat di rumah sakit, dia berjumpa dengan
orangtua temannya. Dengan tersipu malu dia berkata, "Maafkan saya Pak,
Bu. Saya yang mengendarai dan merusakkan motornya, serta mencelakai
Anto. Semua salah saya. Saya akan berusaha meminta orangtua saya untuk
membantu biaya perbaikan motor dan biaya perawatan di rumah sakit ini."
Ayah si teman menjawab dengan sabar, "Anak muda. Bapak tidak
mempermasalahkan biaya rumah sakit dan perbaikan motor.
Walaupun harus
mengeluarkan uang, itu semua bisa diselesaikan. Yang penting, kita harus
bersyukur karena kalian selamat dan hanya mengalami luka-luka yang
tidak membahayakan nyawa.
Bapak hanya ingin mengingatkan kepada kalian, bahwa hidup ini adalah
berkat! Berkat yang tidak boleh disia-siakan oleh siapapun. Maka paling
sedikit, berusahalah bermanfaat bagi dirimu sendiri. Jika kalian merasa
belum bisa menjadi berkat bagi orang lain, ya setidaknya cobalah jangan
menjadi batu sandungan untuk orang lain. Dengan berkendaraan
ugal-ugalan, bukan hanya tidak menghargai berkat yang diberikan Yang
Maha Kuasa, kalian juga telah menjadi batu sandungan bagi kehidupan
orang lain. Itu sungguh hidup yang sia-sia. Bapak tidak ingin kalian
menjadi orang seperti itu. Harap kalian mengerti."
Kerabat Imelda...
Himpitan beban kehidupan, sering kali membuat manusia
sekarang ini mudah tersinggung dan sibuk mengumbar emosi. Semakin arogan
terasa semakin hebat. Apalagi jika bisa menindas orang lain, akan
merasa dirinya jagoan.
Hal ini sungguh "penyakit mental" yang tidak perlu dipelihara alias
harus segera dibuang! Perlu diingat, bila belum mampu menjadi berkat
bagi orang lain, setidaknya jangan menjadi batu sandungan bagi sesama.
SUMBER: Andrie Wongso - andriewongso.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar