Pages

1.02.2013

Shock Induction

Hipnosis itu dari kata “hypnos” yang artinya dewa tidur (menurut kepercayaan bangsa Yunani dulu). Tapi perlu digarisbawahi bahwa hipnosis tidak sama dengan tidur. Hanya kondisi akan tidur atau terbangun dari tidur tapi malas untuk bangun itulah kondisi—yang katanya hipnosis.

Ada banyak cara untuk membimbing seseorang memasuki kondisi hipnotis. Salah satu cara yang sangat dikenal dan digemari oleh hipnoterapis adalah model shock induction.

Shock induction merupakan cara menuju kondisi hipnotis dengan cara memberikan kejutan. Polanya cukup sederhana, mengalihkan perhatian (focus), menciptakan kaget (shock), kemudian dengan cepat memberikan sugesti.

Mudah? Tentu mudah bagi yang sudah mahir. Juga keyakinan seorang hipnoterapis akan berbanding lurus dengan keberhasilan dalam proses shock induction ini. Dan, keyakinan bisa didapatkan dengan serangkaian pengalaman tentunya.

Di jalanan biasanya ada yang dengan menepuk punggung, disaat sedang orang yang ditepuk berpikir lalu segera diberikan sugesti. Konon pelakunya sebenarnya tidak belajar secara khusus, melalui pelatihan hipnosis, namun dari pengalaman di dunia nyata mereka menjadi terampil.

Kemudian dalam dunia hipnosis dikenal pula istilah ‘Trans’ (Trance). Trans adalah fenomena alamiah manusia, ketika seseorang berada dalam kondisi pikiran terfokus, tapi rileks. Dalam kondisi ini, pikiran kritis ter-by pass karenanya seseorang dapat merespon berbagai stimulus berupa sugesti dan memunculkan perilaku seolah tanpa disadari.

Berbeda dengan shock induction, ada cara lain yang lebih halus untuk menghadirkan Trans; yaitu dengan tekhnik Progressive Relaxation. Dalam tekhnik ini, pemberian sugesti diberikan secara bertahap; melibatkan sebuah proses yang distrukturisasi secara bertingkat. Semisal, seseorang yang menangis haru karena romantismenya film India atau serial Korea. Dalam film yang baik selalu memiliki alur yang terstruktur. Hingga seolah-olah penonton bisa merasakan kejadian yang berlangsung dalam film. Itulah kondisi Trans.

***

Kehidupan kita ini juga sebenarnya juga merupakan proses hipnosis diri. Kita terus menerus menerima sugesti dari luar maupun dari kata hati kita sendiri, tanpa henti (bahkan saat tidur sekalipun). Setiap hari, setiap saat, sebenarnya kita masuk dari satu trans ke trans lainnya. Kita terus berfikir, berperasaan, bersikap dan berperilaku sesuai trans yang terjadi dalam diri kita masing-masing.

Ketika trans dalam diri kita indah, baik dan terarah, maka kita pun menjalani pola hidup (state pattern) ini dengan indah, bahagia, baik dan terarah pula. Sebaliknya, bila state pattern kita—trans negatif, merusak, mengganggu dan mendholimi diri kita dan orang-orang di sekitar kita, maka sikap dan perilaku kita, tanpa kita sadari juga negatif, mengganggu dan merusak.

Level kesadaran manusia itu berlapis. Sekiranya sesuatu masih berada di batas norma, maka ia sangat mungkin ditembus. Namun jika sudah masuk ke dalam level keyakinan, maka umumnya manusia punya mekanisme pertahanan diri yang kokoh.

Dan memang inilah salah satu fungsi pikiran bawah sadar (subconscious atau unconscious), melindung sang diri dari berbagai hal yang mengancam. Misalnya, buatlah seseorang dalam kondisi trans yang diinginkan lalu minta dia untuk telanjang di depan umum. Akan sangat sulit. Namun dengan sedikit trik dan “kesabaran” itu bisa saja dilakukan.

Maka,

Jalan hidup kita pun seringkali memberikan hipnosis dengan tekhnik shock induction, berupa kejadian-kejadian yang seringkali kita sebut sebagai bencana, kecelakaan, kebentur tembok, kena batunya, menuai badai, hukum karma, dan sebagainya.

Betapa banyak orang yang menjadi tertunduk, ketika harus mengalami bencana-bencana besar, dipecat dari pekerjaan, hutang menumpuk, anak mengalami sakit keras, terlibat kasus berat di pengadilan dan kemudian berdo'a:

"Tuhan aku bersimpuh di hadapan-Mu, tolonglah hamba-Mu ini"

Kehidupan telah melakukan shock induction terhadap kita. Konon orang-orang sukses, katakanlah seperti Mario Teguh, Ipho Santosa, Dahlan Iskhan, Erbe Sentanu, Jokowi, Thomas Alfa Edison, Einstein, Habiburahman, mengalami nasib yang kurang menguntungkan, yang menjadi faktor pengungkit, sehingga mereka mencapai puncak prestasi.

Maka dari itu, apapun yang terjadi pada kita, baik atau buruk sebenarnya mempunyai maksud baik. Karena selama kita hidup di dunia ini, selama itu pula pintu tobat masih terbuka. Karena kita hidup didunia ini untuk dididik, bukan untuk dihukum.

Tentu lebih baik bagi kita untuk mau atau bersedia mendengarkan isyarat-isyarat kehidupan yang lembut untuk berbenah diri daripada harus mengalami bencana yang berat.

Namun dalam hidup ini selalu berlalu rumus: jika kita tidak mau mengindahkan isyarat dari angin sepoi-sepoi, maka badai akan mengingatkan kita. Jika sentuhan lembut tidak dihiraukan, maka palu godam akan menghantam kita.

Maka akan jauh lebih baik bagi kita untuk banyak-banyak muhasabah (instropeksi diri), tafakur (merenung), membuat perencanaan yang baik, bersikap dan berperilaku yang baik, bahagia dan membahagiakan. Dan lebih baik melakukan tehnik hipnosis yang indah dan lembut: progressive relaxation daripada kehidupan terpaksa menggunakan shock induction.[]


Sumber: Aan Sopiyan, C.H., C.Ht. - ansopiy.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar